dakwatuna.com – Jakarta. Kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Turki akan dapat mempromosikan keserasian Islam dan demokrasi, kata seorang pakar politik pada Selasa.
“Jika dikembangkan kerja sama pendidikan di dunia politik, akan muncul ilmu politik baru yang membuktikan dan menunjukkan keserasian Islam dan demokrasi,” kata pakar politik dari Universitas Indonesia, Eep Saefullah Fatah, kepada ANTARA setelah pertemuan dengan Presiden Turki Abdullah Gul beserta delegasinya di Jakarta.
Ia menyatakan bahwa sebagian negara Barat beranggapan Islam dan demokrasi tidak sejalan tetapi Indonesia dan Turki, sebagai negara mayoritas berpenduduk Muslim, dapat membuktikan terbalik.
Menurut Eep, Presiden Gul mengatakan dalam pertemuan tertutup itu bahwa justru banyak ajaran Islam yang dipraktekkan dalam demokrasi seperti penghargaan terhadap perempuan, hak asasi manusia, kebebasan manusia, tanggung jawab serta moralitas dalam politik.
Presiden Gul meyakini Indonesia dapat memiliki masa depan demokrasi yang cerah bila dikelola yang layak, kata Saefullah usai acara yang juga dihadiri antara lain oleh mantan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Direktur Utama ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf dan Direktur Pemberitaan ANTARA M. Saiful Hadi.
Sementara itu Hidayat Nur Wahid mengatakan pertemuan tersebut membahas pentingnya kesadaran untuk terus mengembangkan apa yang dinilai publik sebagai keunggulan Indoensia dan Turki, sebagai negara yang mayoritas berpenduduk Muslim tetapi juga bisa mengembangkan demokrasi dengan bagus.
“Ada kesadaran untuk menumbuhkembangkan pengalaman bersama ini, mungkin akan berlanjut dibentuknya pusat kajian Turki di Indonesia atau pusat kajian Indonesia di Turki,” ungkapnya.
Di lain pihak, Saiful Hadi mengatakan pertemuan itu membicarakan kerja sama kedua negara, demokrasi di Turki dan pandangan demokrasi di negara-negara Islam.
“Beliau (Presiden Gul) juga menjelaskan mana yang menjadi demokrasi dalam pandangan islam mana yang tradisi islam,” kata Saiful, menberi contoh perempuan di Timur Tengah kebanyakan tidak diperbolehkan menyetir.
Sebenarnya hal tersebut, katanya, bukan merupakan pandangan Islam melainkan tradisi. (ant/T.KR-IFB/M016/Ruslan Burhani)
0 komentar:
Posting Komentar