Kamis, 04 Februari 2010

Ghazwul Fikri ( Perang Pemikiran )

Islam adalah agama yang mulia, umatnya pun umat yang besar dan mulia, sampai2 Allah memberikan label dalam al-Quran dalam surat Ali ‘Imran ayat 110 sebagai umat terbaik. Penghargaan ini bukan hanya sekedar penghargaan kosong tanpa isi, tapi memang benar2 padat berisi dan terbukti hingga 1300 tahun lamanya.

Namun apa yang terjadi sekarang? Umat islam banyak mengalami kemunduran dengan ditandai terjadinya krisis multidimensi, mulai dari krisis ekonomi, moral, hingga krisis aqidah. Musuh2 islam tak henti2nya berupaya untuk menghancurkan islam dengan menggunakan berbagai macam sarana, baik melalui pendidikan, pengajaran, media cetak, hiburan dll.

Melalui perang pemikiran musuh2 islam berusaha untuk merusak akhlak, menghancurkan fikrah, melarutkan kepribadian dan menumbangkan aqidah melalui perang pemikiran atau yang sering kita kenal “Ghazwul Fikri”. Siapkah sebenarnya musuh2 islam itu? Allah menjawab dalam al-Quran, mereka adalah: atheis & yahudi (QS. 5:82), Musyrikun (QS. 9:36), Nasrani (Qs. 2:120), dan munafikun (Qs. 63:4).

Perlu kita ketahui bagaimana awal proses terjadinya ghazwul fikri. Tahapan terjadinya ghazwul fikri melalui 3 fase:

1. Fase sebelum jatuhnya khilafah.

Bermula pada rentang abad ke-11 hingga ke-12 masehi. Negara khilafah islam yang didirikan Rasul Muhammad saw pada tahun 622 M. dan sedang menikmati wilayah kekuasaan yang amat luas, mulai menunjukkan benih2 perpecahan. Beberpa wilayah ada yang memisahkan diri, ataupun melakukan otonomi luas seperti layaknya negara federasi. Musuh2 islam tidak melewatkan kesempatan ini, pada saat umat islam lengah mereka mengirim pasukan salib untuk mneyerang kaum muslimin, hingga mereka berhasil menguasai wilayah palestina, libanon, dan suriah. Perang ini berlangsung selama ratusan tahun, sekalipun akhirnya kaum muslimin berhasil merebut kembali wilayah2 yang dikuasai pasukan salib dan mengusir mereka, namun mereka tidak kenal menyerah. Hingga akhirnya mereka mendapatkan ide untuk menghancurkan islam, Disraeli, perdana mentri inggris keturunanan yahudi mengusulkan untuk menjauhkan al-quran dari umat islam, artinya pemahaman islam harus dicabut dari benak kaum muslimin agar mudah mengalahkannya.

Itulah awal dari perang pemikiran (ghazwul fikri). Musuh2 islam belajar dari kenyataan, bahwa upaya mereka selama ini melalui berbagai perang, selalu mengalami kegagalan. Mereka berusaha mewujudkan harapannya untuk menghancurkan islam dengan mengirim agen2nya dengan menyamar sebagai misionaris yang dengan terbuka bergabung dalam berbagai bentuk bantuan pengetahuan dan kemanusiaan.

2. Fase jatuhnya khilafah.

Selain melalui jalan misionaris, musuh2 islam juga berupaya menanamkan jiwa nasionalisme. Masuknya faham nasionalisme di dunia islam berawal ketika pusat kekhilafahan di Turki yang memang sudah lemah mengalami goncangan pemikiran. Hal itu terjadi sekitar dua abad sebelum gerakan Turki Mudanya Kemal Pahsya mengawali revolusi, menggunakan baju kebangsaan, pada awal abad ke-20.

Melalui gerakan tersebut, pada tanggal 3 maret 1924 sistem pemerintahan islam berakhir. System kekhilafahan yang merentang selama lebih dari 13 abad itu dihapuskan setelah Kemal Pahsya mengeluarkan maklumat Komite Nasional yang berisi: penghapusan system kekhilafahan, pengusiran khalifah serta penetapan konsep pemisahan agama dari negara (sekularisme).

Sejak keruntuhan kekhilafahan, satu persatu negeri2 islam membebaskan diri dari cengkraman penjajahan dengan mengatasnamakan kekuatan bangsa. Siria, iraq, Libanon, Palestina, Mesir, Indonesia, Arab yang semula menjadi bagian dalam wilayah kekhilafahan memerdekakan diri. Negri2 islam yang semula satu menjadi terpecah.

3. Fase sesudah jatuhnya Khilafah.

Setelah terpecahnya negri2 islam, musuh2 islam tidak tinggal diam. Mereka tetap berupaya untuk menghancurkan islam, melalui LSM raksasa yaitu Asia Foundation yang markas besarnya di San Fransisco mereka berusaha memasukkan ide2 barat. Di Indonesia keberadaannya sudah ada sejak tahun 1970. mereka berdiri dibalik program2 bernama; training keagamaan, studi gender, HAM dalam islam, civic education di lembaga2 islam, pusat pembelaan perempuan untuk islam, dan isu2 pluralisme, pararel dengan program2 JIL (jaringan islam liberal).

JIL yang didirikan sekitar maret 2001 banyak melahirkan pemikiran2 ‘konyol’ yang oleh kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah “kekritisan berfikir”. Atmosfir baru sebagian kaum terpelajar muslim, kini seakan2 ada perubahan mendadak. Terutama cara mereka berfikir dan berargumen.

Tiba2 mereka terlihat begitu semangat mengkritisi al-Quran, menolak beberapa nash hadist2 shahih, serta menuduh para ulama’ sebagai kelompok konservatif. Mereka sangat antusias berbicara, berdiskusi, mengadakan seminar, workshop, lokakarya, untuk membahas tema2 demokrasi, kebebasan berekspresi, sekularisme, pluralisme, dan kesetaraan gender. Mereka bahkan teramat sibuk dengan referensi2 liberal. Luthfi Asy-Syaukani , salah satu motor JIL pernah menyebut dngan jujur 4 agenda utama lahirnya islam liberal, pertama, agenda politik: dengan mengarahkan kaum muslimin untuk mempercayai sekularisme. Kedua, agenda pluralisme: menyerukan bahwa semua agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim. Ketiga, agenda emansipasi wanita: seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali, dan keempat, agenda kebebasan berekspresi: seperti hak untuk tidak beragama.

Bahaya2 ghazwul fikri

Sebagai aktifis dakwah kita hendaknya memahami betul akan ancaman ghazwul fikri terhadap umat Islam dan memahami seluk beluk bahayanya. Bahaya-bahaya dari ghazwul fikri diantaranya: tertipu (Q.S. 35:6), cenderung pada orang kafir (QS. 11:13), mencintai orang kafir (QS. 3:118), mentaati orang kafir (QS. 47:26), mengikuti tata cara hidup mereka (QS. 2:120), menyerupai perilaku dan penampilan mereka (QS. 5:51), dan memberikan loyalitas kepada mereka (QS. 5:51). Bahaya-bahaya itu mengakibatkan umat Islam menjadi umat yang hina, mudah dikendalikan, mendapat laknat, dan cobaan Allah, terjatuh dalam syirik, Allah berlepas dari dirinya, murtad dan adzab. Itu semua bias menimbulkan kehidupan jahiliyah.

Maka dari itu, mari kita membentengi diri dengan keyakinan aqidah yang kuat serta menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai rujukan hukum dalam kehidupan kita, semoga Allah menjauhkan kita dari keinginan-keinginan untuk mengingkari aturan-aturan-Nya. Amiin.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Obrolan

Ads Banner

Followers

Catatan Tarbiyah Copyright © 2009 Daya Mandiri Designed by Rizky Priyatna