Assalamu'alaikum wr wb...dengan penuh rasa hormat berikut catatan yang berisi tentang karakter2 Istri yang Allah cintai....serta bagaimana agar Istri dicintai Suami..... catatan ini berasal dari berbagai referensi-referensi buku yang saya rangkum dan saya kemas....agar tercapai sebuah catatan yang singkat.. namun semoga penuh sarat dan makna.. termotivasi dari catatan seorang kakak seperguruan...agar menjadi suatu keterbukaan... dan menjadi jalan da'wah.. khususnya untuk saya sendiri...dan orang2 yang berkesempatan membacanya... semoga bermanfaat... Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Istri yang salehah selalu konsisten dalam menjalankan agama Allah lahir dan batin, tanpa ragu, malas ataupun nafsu. Tidak ada masalah antara dirinya dengan sang suaminya dalam hal ketaatan terhadap Allah, dan Rasul. Senantiasa menjalankan syariat, menjauhi semua larangan-Nya. Dia adalah istri yang sangat komitmen dengan penuh kesadaran.
Akhlaknya baik, sikapnya tenang, lembut dan fleksibel, ucapannya bagus, penampilannya sederhana, perilakunya konsisten, tidak dengki, tidak pula pendendam, tidak membangkang perintah suaminya, juga tidak sombong.
Dia menuntut ilmu syariat, mengetahui kedudukan ilmu dan keutamaannya serta urgensinya. Dia antusias dalam menuntutnya, memiliki suatu metode ilmiah yang sesuai kemampuannya. Dia meneladani para Ummahatul Mukminin dan para istri pendahulu umat ini dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Dia mengerti kedudukan suami yang telah digariskan oleh Islam. Dia menunaikan kewajibannya dengan sesempurna mungkin, berdasarkan kesadaran bahwa kewajiban ini merupakan ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah.
Dia memiliki kepekaan untuk meminta keridhaan dari sang suami. Perasaannya kuat dan tajam. Dia memiliki wajah yang berseri-seri dan cerah yang semakin menambah kebahagiaan rumah tangganya.
Dia siap berkorban, menafikan pribadinya dan melupakan dirinya sendiri serta lebih mengutamakan suaminya dari pada diri sendiri. Mendahulukan keridhaan suami daripada keridhaan dirinya sendiri, keinginan suami daripada keinginan dirinya sendiri, hal yang disukai oleh sang suami daripada yang disukai oleh dirinya sendiri. Ketaatannya dalam hal selain maksiat benar-benar tulus murni berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam. Apabila dia kehilangan suami, seolah-olah dia kehilangan udara untuk bernafas.
Seorang istri yang hemat, tidak boros dan tidak berbangga diri dengan harta suaminya jika sang suami kaya, tidak pula mengeluhkan sedikitnya harta, jika sang suami miskin. Dia tahu kapan harus berinfak, dia dermawan dan tidak kikir, pandai mengatur keuangan dan tidak menghambur-hamburkan uang. Rela dengan pembagian dari Allah dalam segala hal, puas dengan rezeki yang Allah karuniakan kepadanya.
Dia tidak tergiur dunia seperti istri lainnya yang mengoleksi banyak pakaian, jajanan, perhiasan dan emas. Sebaliknya, dia cerdas dan bersikap zuhud, dia mengoleksi perhiasan rumah tangganya di dunia dengan iman dan amal saleh, di akhirat dengan penerimaan disisi Tuahnnya.
Dia memperhatikan kecantikan diri, menebar aroma harum, membuat suasana rumah jadi nyaman.
Berterima kasih kepada suami atas kerja keras dan kelelahannya dalam mencukupi diri dan anak-anaknya. Berterima kasih juga atas terpenuhinya kebutuhan primer, seperti makanan dan minuman yang diusahakan suami. Senantiasa mendoakan suami agar memperoleh ganjaran dan pahala pengganti dari jerih payahnya serta tidak mengingkari kenikmatan yang diberikan suami.
Berbakti kepada keluarga suami, yakni orangtua dan saudara-saudarinya serta menjalin silaturahim dengan mereka dalam rangka menyenangkan hati suami sekaligus menjalankan perintah Allah
Dia adalah seorang istri yang cerdas dan bijaksana, tidak mengeluhkan suaminya kepada seorang pun, meski kepada kedua orang tuanya sekalipun, tidak membawa problema rumah tanggan keluar rumah. Apabila suatu masalah menjadi serius, dia bersama suaminya berkonsultasi kepada ulama yang bertakwa dan saleh, itu pun dalam batasan yang paling ketat. Dia tidak membocorkan rahasia-rahasia rumah tangganya, menasehati suaminya untuk menjaga adab, bersikap tawadhu’, cinta dan berakhlak baik.
Dia jadikan pesan Ummu Iyas sebagai metode praktis
Dia tetap tinggal dirumahnya. Dia keluar rumah hanya untuk suatu keperluan, bukan untuk memuaskan hawa nafsu ataupun menghabiskan waktunya. Apabila hendak keluar rumah, dia meminta izin dari suami. Dia keluar rumah dengan pakaian menutup aurat, tidak memakai wewangian, berjalan dengan sikap tawadhu’ dengan penuh adab, penuh rasa malu dan tenang. Dia tidak menggubris suara-suara yang ditujukan kepadanya dijalanan dan tidak memakai gelang kaki ataupun sepatu yang berbunyi sewaktu dipijakkan ke tanah.
Dia menaruh perhatian besar pada pendidikan Islam yang benar dan sempurna bagi anak-anaknya, bukan sekadar kulit atau penampilan. Targetnya adalah menyiapkan sebuah generasi saleh mujahid yang mengusung panji dakwah menjalankan perintah Allah.
Istri salehah sangat menjaga waktu dan mengerti betul untuk apa dia menggunakannya. Dia tidak memiliki waktu untuk bergosip, membicarakan dunia atau bersenda gurau. Majelisnya hanyalah majelis-majelis dzikir, perdamaian antarmanusia, amar ma’ruf dan nahi munkar.
Istri salehah senantiasa beribadah kepada Allah, banyak berdzikir, bertahajjud, bersedakah, banyak berpuasa dan khusyu. Dia mengenakan pakaian kewibaan dan ketenangan. Ambisinya tinggi setelah menunaikannya. Dia tidak jemu dan malas, meneladani para Ummahtul Mukminin dan para istri kaum salaf yang ahli ibadah dan saleha.
Dia senantiasa mengingat kematian, mempersiapkan diri untuk memasuki alam kubur. Tidak melalaikan pertemuan dengan Allah dan akhirat.
Dia adalah seorang mukminah yang berjuang dengan penuh kesabaran. Apabila diuji dengan suatu cobaan mengenai dirinya, hartanya, anaknya atau suaminya, dia bersabar dan mengharapkan pahalanya di sisi Allah dan tidak marah atau mengutuk diri seperti kutukan orang-orang jahiliyyah. Allah senantiasa melihatnya melakukan tindakan yang disukaiNya. Keimanan kepada qadha dan qadar bersemayam dalam kalbunya.
Dia menyeru orang kepada Allah untuk berbuat kebaikan dan mencegah keburukan, menuntun perempuan-perempuan yang lalai dengan lemah lembut menuju keamanan. Dia tidak mengambil keuntungan dari dakwahnya, tidak pula menyerang dunia laki-laki. Dia berdakwah dengan akhlak mulia. Dia tidak mengharapkan pujian ataupun bayaran dari sana-sini, tetapi mengikhlaskan amalnya, bahkan dan sebisa mungkin menyembunyikannya.
Rizky Priyatna
2 September 2010
0 komentar:
Posting Komentar